Nasi Goreng Spesial Andai Kau Jadi Doiku

Hey kamu…
Satu piring nasi goreng special
Kan kuhidangkan untukmu setiap pagi
Andai kau jadi doiku

Yak! Itu potongan lagu “andai kau jadi doiku” dari Nani Sugianto yg ngetop di tahun 1989. Yang belum tahu, karena belum lahir atau masih bayi waktu lagu itu ngetop. Atau yang sudah lahir tapi lupa, silahkan search di youtube dengan keyword: andai kau jadi doiku. Yang sudah tahu dan ingat, silahkan mengenang – kenang sedang merasakan apa di sekitar tahun 1989.
“Andai Kau jadi Doiku” jadi hits, setelah dinyanyikan oleh Nani Sugiantnani sugianto andai kau kecil copyo secara lypsinc di salah satu acara Drama yang ngetop waktu itu : “Pondokan”. Ceritanya dia pacaran sama Sys NS….. kalau tidak salah.
Tapi ya sudah, saya tidak mau cerita lebih panjang soal itu. Karena akan makin keliatan di era kapan saya mulai eksis. Meski sampai sekarang, di otak saya tertanam, setiap kali ingat nasi goreng maka alam bawah sadar saya akan membawa ke agu itu… entah kenapa..

Sekarang, waktunya cerita tentang kuliner.
Sesuatu yang sepertinya belum pernah saya tuliskan di blog ini.
Ini tentang Nasi goreng, makanan sejuta umat di waktu malam hari.
Supaya tidak luas sekali, maka saya akan batasi khusus untuk di kota Malang saja.

Sudah diubek-ubek di Google, belum saya temukan data tentang: berapa jumlah penjual nasi goreng di Malang? Padahal ada banyak.. bahkan boleh dibiliang sangat banyak pedagang nasi goreng di kota Malang. Jumlahnya mungkin ribuan.
Jumlah penjual nasi goreng pasti paling banyak dibandingkan penjual makanan lainnya.
Dengan perkiraan tanpa dasar, saya hendak menyebut sekian persen dari pedagang makanan adalah pedangan nasi goreng. Tapi kata teman saya yang suka penelitan, kalau bukan berdasarkan metodologi ilmiah, maka jangan menyebut prosentase.
Maka saya tidak menyebutnya

Yang orang Malang atau pernah agak lama tinggal di Malang, pasti tahu cirri khas nasi goreng kota Malang. Cirinya ada pada warnaya yang merah menyala seperti nyala api, yang dihasilkan dari warna saus tomat. Teman kuliah saya yang dari Jakarta, pernah mengeluh dengan ini di awal-awal mas kuliah. “Kaya mau makan nasi campur darah, langsung mual gw” begitu katanya. Tapi setelah berproses beberapa lama, saya lihat dia lahap sekali makan nasi goreng sambil nongkrong di parkiran Asrama Kopma UB.

Pedagang nasi goreng keliling dengan gerobak punya sebutan sendiri di malang. “Nasi Goreng Duk Duk” begitu orang malang menyebutnya. Disebut duk- duk karena semua pedagang nasi goreng punya kentongan di gerobaknya, untuk memberi tahu keberadaanya di saat keliling kampung atau komplek perumahan.
Tidak seperti dulu, pedagang nasi goreng duk duk sekarang pada malas berkeliling. Setidaknya di daerah dinoyo atau merjosari. Kebanyakan mereka bergerombol di suatu tempat, nunggu pembelinya disitu. Kalau mau tahu seperti apa, datang saja di waktu malam di jl. Mt haryono., mulai dari pertigaan gajayana sampai depan seberang kantor PDAM Dinoyo.

Dulu penjual nasi goreng duk duk kebanyakan dari daerah Malang selatan, khususnya yang ada di lereng gunung kawi. Tapi sepertinya sekarang sudah banyak berubah. Kebanyakan sudah bukan dari sekitar gunung kawi lagi.
Mungkin itu juga yang banyak mepengaruhi kualitas rasa nasi goreng duk duk sekarang.
Dulu, meskipun merah menyala tapi rasa nasi goreng masih bisa dinikmati. Ada gurih bercampur dengan asem dan asin. Bau bawang putih dan bawang merah nya juga semerbak menggoda.
Sekarang nasi goreng duduk hanya cukup rasa asin saja, semerbak nya pun hilang. Turun drastic kualitas rasa nya.

Tapi seminggu lalu (pertengahan mei 2014), sekitar jam 10 malam, saya mampir ke nasi goreng duk duk yang mangkal di emperan toko, di dekat alun-alun malang. Letaknya di jalan kauman persis di pertigaan dengan Kh. Wachid Hasyim. Rasanya cukup enak, seperti nasi goreng duk duk yang dulu pernah saya rasakan. Dan kapan-kapan saya kan mengulangi nya kembali.

Bukan nasi goreng duk duk tapi yang ini mangkal di warung semi permanent kaki lima, rasanya menurut saya sudah mendekati istimewa; adalah Nasi goreng daging di jalan simpang wilis. Warung nya persis di pojokan sebelah Tempat Penampungan Sampah Sementara. (TPST). Meski dekat tempat sampah, tapi saya tidak pernah mencium bau tidak sedap di dekatnya, ketika malam hari.
Sesuai namanya, nasi goreng disini menggunakan daging sapi jadi campuran dalam komposisi nasi goreng nya. Daging sapi dicacah dadu kecil-kecil, bukan disuwir-suwir. Dagingnya tidak liat saat digigit, lembut dan dengan mudah pecah bercampur nasi ketika dikunyah.
Nasi goreng nya tidak terlalu berminyak juga tidak terlalu kering, Pas!
Warung ini buka dari jam 6 sampai tengah malam.
Sayang nya penjual nya kaya seniman, sering tidak buka kalau lagi bosan.
Nasi-Goreng-Padang-Perempatan-ITN-Malang
Kalu anda pecinta dunia tengah malam, ingin nyicip nasi goreng yang tidak biasa di Malang, saya sarankan datanglah ke Perempatan ITN, persilangan antara jalan veteran, gajayana, bendungan sigura-gura dan bendungan sutami. Ada gerobak bertuliskan Nasi Goreng Padang (fotonya diatas). Dia mulai buka di tempat itu dari jam 11 malam sampai menjelang Sholat Subuh.
Tentu saja, sesuai namanya penjual nasi goreng itu adalah orang Padang. Dia spesialis, tidak seperti warung padang lainnya yang menjual beraneka masakan, maka Uda satu ini khusus menjual nasi goreng padang. Rasa nasi goreng nya lumayan, terasa ada bumbu-bumbu yang biasa terdapat di masakan padang, meski tidak setajam rasa rendang atau gulai otak.

Nasi goreng lainnya yang tidak mainstream adalah Nasi goreng aceh. Saya tidak hafal nama warungnya, yang saya tahu lokasinya ada Landung Sari, sebelum Terminal. Letaknya persis di sudut dekat gang.
Rasa nya aceh banget. Karena yang punya dan yang masak juga orang aceh.

Buat saya nasi goreng dengan rasa paling enak adalah nasi goreng yang ada di Jalan Kalpataru Malang. Nama warung nya kalau tidak salah Depot Kalpataru. Dan menu special nya adalah Nasi Goreng Kalpataru. Yang jual waktu itu, tahun 1997, adalah Ibu dan Bapak yang usianya mungkin sekitar 50 an.
Sewaktu masih mahasiswa, harga nasi goreng disitu sudah terlau mahal buat kantong mahasiswa miskin seperti saya. Bisa makan disitu juga karena di traktir teman yang sedang ulang tahun atau baru dapat proyek dari dosen nya.
Pernah suatu kali, bersama teman , saya membeli Nasi Goreng Kalpataru untuk kami jadikan lauk. 1 orang punya duit, tapi duitnya cuma cukup buat beli 1 piring nasi goreng. Sedangkan kita bertiga, dan 2 lainnya ngga punya duit, maka kemudian dibagilah tugas.
Saya kebagian tugas membeli nasi goreng, 1 teman bertugas menanak nasi dan 1 teman lagi yang punya duit boleh leyeh-leyeh.

Jangan bayangkan, kami menanak nasi dengan Rice Cooker atau Magic jar, yang tinggal memasukkan beras dan air ke dalam wadah lalu tekan tombolnya. Meskipun rice cooker sudah jamak digunakan, waktu itu kami belum punya kemampuan untuk membelinya. Cara yang kami gunakan masih tradisional menanak nasi dengan panci atau orang jawa menyebutnya adang.

“Nasi Goreng Kalpataru ini sudah banyak lauknya, jadi sayang kalau dimakan langsung ngga pake tambahan nasi. Tuh sosis dan ayamnya banyak banget.. sayang kan”, begitu alasan pembenar teman saya.
Sayang, disaat sudah punya duit, Depot kalpataru sudah tutup sekarang. Entah, bapak dan ibu pemilik depot itu sudah istirahat dan tidak ada lagi yang menggantikan, atau ada alasan lainnya.

Meski begitu, Nasi Goreng terbaik buat saya adalah Nasi Goreng buatan isteri saya.
Enak banget.
Sayang, hanya mau bikin nasi goreng tiap 200 tahun sekali………………..

Kalau ada info Nasi Goreng di Malang yang enak, monggo tuliskan informasinya dibawah ini.
Kalau ada waktu, saya akan mencobanya..
Matur nuwun..

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.